Nindya Diperkosa Tetangganya
Minggu kemarin aku mempunyai tetangga baru yg tinggal disamping rumahku. Sesudah aku tanya-tanya ternyata yg pindah disamping rumahku tersebut adalah pasangan suami istri yg baru saja menikah. Yg laki-laki namanya Noorman umurnya sekitar 35 tahunan dan yg perempuan namanya Nindya umurnya sekitar 24 tahunan. Ketika aku pertama melihat mereka berdua aku sudah mengetahui kalau jarak umur antara mereka berdua sangat jauh, terlihat dari paras laki- lakinya yg sudah menua. Tetapi aku sangat tertarik sekali dgn perempuannya yg bernama Nindya tersebut Dia sudah muda, cantik, dan juga memiliki tubuh yg sangat aduhai dgn postur tinggi sekitar 167cm, berat
badan 57kg, dan tubunya dihiasidgn payudara yg lumayan besar sekitar 36B dan juga bokongnya yg sangat menggoda, tak terlalu besar tetapi terlihat sangat padat dan berisi. Sungguh aku sangat napsu pada Nindya. Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan mesum di otakku. Apakah Istri seperti itu memang memiliki kesetiaan yg benar-benar tulus dan jauh dari pikiran macam-macam terhadap suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada suatu ketika bisa melakukan petualangan seksual dgn lelaki lain? Apakah seorang istri seperti itu mampu bertahan dari godaan seks yg kuat, jika pada suatu ketika, dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yg memungkinkannya bermain seks dgn lelaki lain? Apakah dalem situasi seperti itu, dia akan melawan, menolak secara total meski keselamatannya terancam? Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dgn dalih ketakberdayaan kerana berada dibawah ancaman? Pertanyaan-pertanyaan itu, secara kuat menyelimuti otak dudaku yg memang kotor dan suka berhayal tentang penyimpangan
seksual. Sekaligus juga akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab, yg jelas sarat dgn resiko dosa dan hukum yg berat. Aku ingin memperkosa Nindya! Wuah! Tapi itulah memang tekad yg terbangun kuat di otak binatangku. Sesuatu yg membuatmu mulai hari itu, secara diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap pasangan suami istri muda tersebut. Kuamati, kapan keduanya mulai bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama. Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam, kerana tugas perusahaannya sebuah distributor peralatan elektronik yg cukup besar. Dgn kata lain, kapan Nindya, perempuan dgn sepasang payudara dan pinggul yg montok sintal itu tidur sendirian di rumahnya.
Untuk diketahui, pasangan ini tak punya . Waktu itulah yg bakal kupilih untuk momentum memperkosanya. Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yg memancing gairah, sembari menguji daya tahan kesetiaannya sebagai istri yg bisa kukategorikan lumayan setia. Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar, perempuan ini hanya mengunci diri di dalem rumahnya. Selama ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya yg besar. Itu ciri Ibu Rumah Tangga yg konservatif dan kukuh memegang tradisi sopan-santun budaya perempuan
timur yg sangat menghormati suami. Meski mungkin mereka sadar, seorang suami, yg terkesan sesetia apapun, jika punya peluang dan kesempatan untuk bermain gila, mudah terjebak ke sana. Aku tahu suaminya, si Noorman selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap hari Rabu. Apakah benar-benar untuk keperluan kantornya, atau bisa jadi menyambangi perempuan simpanannya yg lain. Dan itu bukan urusanku. Yg penting, pada Rabu malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yg mendebarkan. Semua tahapan tindakan yg akan kulakukan terhadap perempuan yg di mataku semakin menggairahkan itu, kususun dgn cermat. Aku akan menyelinap ke rumahnya hanya dgn mengenakan celana training minus celana dalem, serta baju kaos ketat yg mengukir bentuk tubuh bidangku. Buat Anda ketahui, aku lelaki macho dgn penampilan menarik yg gampang memaksa perempuan yg berpapasan dgnku biasanya melirik. Momen yg kupilih, adalah pada waktu Nindya akan tidur. Kerana berdasarka hasil pengamatanku, hanya pada waktu itu, dia tak berkebaya, cuma mengenakan daster tipis yg (mungkin) tanpa kutang. Aku tak terlalu pasti soal ini, kerana cuma bisa menyaksikannya sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu. Kalau Nindya cuma berdaster, berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan stagen, baju, kutang serta kain yg membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya. Sedang mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celana dalem, tahu sendirilah.
Aku menyelinap masuk ke dalem rumahnya lewat pintu dapur yg terbuka petang itu. Waktu Nindya pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya, aku cepat bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yg terdapat di sudut ruangan dapurnya. Dari sana, dgn sabar dan terus berusaha untuk mengendalikan diri, perempuan itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya. Dgn mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa kutang kecuali celana dalem di baliknya. Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci jendela dan pintu rumahnya. Dari dalem kamarnya terdengar suara acara televisi cukup nyaring. Nah, pada waktu dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan berikut dari strategi memperkosa perempuan bertubuh sintal ini. Dia kusergap dari belakang, sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang tangan yg lain secara kuat mengunci kedua tangannya. Nindya terlihat tersentak dgn mata terbeliak lebar kerana terkejut sekaligus panik dan ketakutan. Dia berusaha meronta dgn keras. Tapi seperti adegan biasa di filem- filem yg memperagakan ulah para bajingan, aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tak bertindak bodoh melakukan perlawanan. Hanya bedanya, aku juga mengutarakan permintaan maaf. Maafkan aku Mbak. Aku tak tahan untuk tak memeluk Mbak. Percayalah, aku tak akan menyakiti Mbak. Dan aku bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja, bisikku membujuk dgn nafas memburu akibat napsu dan rasa tegang luar biasa. Nindya tetap tak peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-nendang waktu kakiku menutup pintu kamarnya dan tubuhnya kepepetkan ke dinding. Kalau Mbak ribut, akan ketahuaan orang. Kita berdua bisa hancur kerana malu dan aib. Semua ini tak akan diketahui orang lain. Aku bersumpah merahasiakannya sampai mati, kerana aku tak mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa, bisikku lagi dgn tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya. Tahapan selanjutnya, adalah menciumi bagian leher belakang dan telinga perempuan beraroma tubuh harum merangsang itu. Sedang senjataku yg keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar, kutekankan secara keras ke belahan bokongnya dgn gerakan memutar, membuat Nindya semakin terjepit di dinding. Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta, tetapi apalah artinya tenaga seorang perempuan, di hadapan lelaki kekar yg sedang dikuasai napsu binatang seperti diriku. Aksi menciumi dan menekan bokong Nindya terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit.
Sesudah melihat ada peluang lebih baik, dgn gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan. Celana dalemnya segera kutarik sampai sobek ke bawah, dan sebelum perempuan ini tahu apa yg akan kulakukan, belahan bokongnya segera kubuka dan liang duburnya kujilati secara buas. Nindya terpekik. Sebelah tanganku dgn gesit kemudian menyelinap masuk diantara selangkangannya dari belakang dan meraba serta meremas bagian luar kemaluannya, tapi membiarkan bagian dalemnya tak terjamah. Strategiku mengingatkan belum waktunya sampai ke sana. Aksi menjilat dan meremas serta mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa menit. Nindya terus berusaha melepaskan diri sembari memintaku menghentikan tindakan yg disebutnya jahanam itu. Dia berulang-ulang menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal. Aku memang sudah jadi binatang bajingan. Dan sekarang sang bajingan sudah tanpa celana, telanjang sebagian. Akan kulaporkan ke suamiku, ancamnya kemudian dgn nafas terengah-engah. Aku tak menyahut sembari bangkit berdiri serta menciumi pundaknya. Lalu menempelkan gagang perkasaku yg besar, tegang dan panas diantara belahan bokongnya. Menekan dan memutar- mutarnya dgn kuat di sana. Sedang kedua tanganku menyusup ke depan, meraba, meremas dan memainkan puting payudara besar serta montok perempuan yg terus berjuang untuk meloloskan diri dari bencana itu. Tolong Mas Daryoko, lepaskan aku. Kasihani aku, ratapnya. Aku segera menciumi leher dan belakang telinganya sembari berbisik untuk membujuk, sekaligus memprovokasi. Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tak ada yg rugi, kerana juga tak akan ada yg tahu. Suamimu sedang keluar kota. Mungkin juga dia sedang bergulat dgn perempuan lain. Apakah kau percaya dia setia seperti dirimu, bujukku mesra.
Kau bajingan terkutuk, pekiknya dgn marah.
Sebagai jawabannya, tubuh putih yg montok dan harum itu (ciri yg sangat kusenangi) kali ini kupeluk
kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang dan menjatuhnya di sana. Kemudian kubalik, kedua tangannya kurentangkan ke atas. Selanjutnya, ketiak yg berbulu halus dan basah oleh keringat milik perempuan itu, mulai kuciumi. Dari sana, ciumanku meluncur ke sepasang payudaranya. Menjilat, menggigit-gigit kecil, serta menyedot putingnya yg terasa mengeras tegang.
Jangan Mas Daryoko. Jangan.. Tolong lepaskan aku.
Perempuan itu menggeliat-geliat keras. Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku terus bertindak semakin jauh. Kali ini yg menjadi sasaranku adalah perutnya. Kujilat habis, sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit kemaluannya yg ternyata menggunung tinggi, mirip roti. Sementara tanganku meremas dan mempermainkan payudaranya, kedua gagang paha putih dan mulusnya yg menjepit rapat, berusaha kubuka. Nindya dgn kalap berusaha bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar. Aku cepat menjinakkannya, sebelum kaki dan dengkul yg liar itu secara telak membentur dua biji kejantannanku. Bisa celaka jika itu terjadi. Kalau aku semaput, perempuan ini pasti lolos. Sesudah berjuang cukup keras, kedua paha Nindya akhirnya berhasil kukuakkan. Kemudian dgn keahlian melakukan cunnilingus yg kumiliki dari hasil belajar, berteori dan berpraktek selama ini, liang dan bibir kelamin perempuan itu mulai menjadi sasaran lidah dan bibirku. Tanpa sadar Nindya terpekik, waktu kecupan dan permainan ujung lidahku menempel kuat di klitorisnya yg mengeras tegang. Kulakukan berbagai sapuan dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalem liang senggamanya, sembari tanganku terus mengusap, meremas dan memijit-mijit kedua payudaranya. Nindya menggeliat, terguncang dan tergetar, kadang menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu. Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah pernyataan menolak, atau apa.
Sembari melakukan hal itu, mataku berusaha memperhatikan permukaan perut si Istri Setia ini. Dari sana aku bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya, terhadap gerakan lidahku yg terus menyeruak masuk dalem ke dalem liang senggamanya. Dgn sentakan-sentakan dan gelombang di bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan bagian mana Nindya akan merasa lebih terangsang dan nikmat. Gelombang rangsangan yg kuat itu kusadari mulai melanda Nindya secara fisik dan emosi, ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah. Tak ada suara yg keluar, kerana perempuan ini menutup bahkan menggigit bibirnya. Geliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin) gambaran dari seseorang yg mati-matian sedang menahan kenikmatan. Berulang kali kurasakan kedua pahanya bergetar. Kemaluannya banjir membasah. Ternyata benar analisa otak kotorku beberapa pekan lalu. Bahwa sesetia apapun seorang Istri, ada waktu di mana benteng kesetiaan itu ambruk, oleh rangsangan seksual yg dilakukan dalem tempo relatif lama secara paksa, langsung, intensif serta tersembunyi oleh seorang lelaki ganteng yg ahli dalem masalah seks. Nindya sudah menjadi contoh dari hal itu. Mungkin juga ketakberdayaan yg sudah membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi rasanya aku yakin lebih oleh gelora napsu yg bangkit ingin mencari pelampiasan akibat rangsangan yg kulakukan secara intensif dan ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya. Aksiku selanjutnya adalah dgn memutar tubuh, berada di atas Nindya, memposisikan gagang kejantananku tepat di atas paras perempuan yg sudah mulai membara dibakar napsu birahi itu. Aku ingin mengetahui, apa reaksinya jika terus kurangsang dgn gagang perkasaku yg besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya. Parasku sendiri, masih berada diantara selangkangannya dgn lidah dan bibir terus menjilat serta menghisap klitoris dan liang keperempuanannya. Paha Nindya sendiri, entah secara sadar atau tak, semakin membuka lebar, sehingga memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kelaminnya yg sudah membanjir basah. Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan yg bercampur dgn desisan. Aksi itu kulakukan dgn intensif dan penuh napsu, sehingga berulang kali kurasakan paha serta tubuh perempuan cantik itu bergetar dan berkelojotan.
Beberapa menit kemudian mendadak kurasa sebuah benda basah yg panas menyapu gagang kejantananku, membuatku jadi agak tersentak. Aha, apalagi itu kalau bukan lidah si Istri Setia ini. Berarti, selesailah sudah seluruh perlawanan yg dibangunnya demikian gigih dan habis-habisan tadi. Perempuan ini sudah menyerah. Tetapi sayg, jilatan yg dilakukannya tadi tak diulanginya, meski gagang kejantananku sudah kurendahkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan mulutnya untuk menelan bagian kepalanya yg sudah sangat keras, besar dan panas itu. Boleh jadi perempuan ini merasa dia sudah menghianati suaminya jika melakukan hal itu, menghisap gagang kejantanan lelaki yg memperkosanya! Tak apa. Yg penting sekarang, aku tahu dia sudah menyerah. Aku cepat kembali membalikkan tubuh. memposisikan gagang kejantananku tepat di depan bukit keperempuanannya yg sudah merekah dan basah oleh cairan dan air ludahku. Aku mulai menciumi pipinya yg basah oleh air mata dan lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya. Nindya menggelinjang liar sembari membuang parasnya ke samping. Tak ingin bertatapan dgnku. Payudaranya kujilati dgn buas, kemudian berusaha kumasukan sedalem-dalemnya ke dalem mulutku. Tubuh Nindya mengejang menahan nikmat. Tindakan itu kupertahankan selama beberapa menit. kemudian gagang kejantananku semakin kudekatkan ke bibir kemaluannya. Ah.., perempuan ini agaknya sudah mulai tak sabar menerima gagang panas yg besar dan akan memenuhi seluruh liang sanggamanya itu. Kerana kurasa pahanya membentang semakin lebar, sementara pinggulnya agak diangkat membuat liang sanggamanya semakin menganga merah. Mbak Nindya sangat cantik dan merangsang sekali. Hanya lelaki yg beruntung dapat menikmati tubuhmu yg luar biasa ini, gombalku sembari menciumi pipi dan lehernya. Sekarang punyaku akan memasuki punya Mbak. Aku akan memberikan kenikmatan yg luar biasa pada Mbak. Sekarang nikmatilah dan kenanglah peristiwa ini sepanjang hidup Mbak. Sesudah mengatakan hal itu, sembari menarik otot di sekitar dubur dan pahaku agar ketegangan kelaminku semakin meningkat tinggi, liang kenikmatan perempuan desa yg bermata bulat jelita itu, mulai kuterobos. Nindya terpekik, tubuhnya menggeliat, tapi kutahan. Gagang kejantananku terus merasuk semakin dalem dan dalem, sampai akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kelamin yg montok berbulu itu. Untuk sewaktu, tubuhku juga ikut bergetar menahan kenikmatan luar biasa pada waktu liang keperempuanan perempuan ini berdenyut-deyut menjepitnya. Tubuhku kudorongkan ke depan, dgn bokong semakin ditekan ke bawah, membuat pangkal atas gagang kejantananku menempel dgn kuat di klitorisnya. Nindya melenguh gelisah. Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhku dgn punggung melengkung. Kudiamkan dia sampai agak lebih tenang, kemudian mulailah gerakan alamiah untuk coitus yg membara itu kulakukan.
Nindya kembali terpekik sembari meronta dgn mulut mendesis dan melengguh. Tembakan gagang kejantananku kulakukan semakin cepat, dgn gerakan berubah-ubah baik dalem hal sudut tembakannya, maupun bentuknya dalem melakukan penetrasi. Kadang lurus, miring, juga memutar, membuat Nindya benar-benar seperti orang kesurupan. Perempuan ini kelihatanya sudah total lupa diri. Tangannya mencengkram pundakku, lalu mendadak kepalanya terangkat ke atas, matanyaterbeliak, giginya dgn kuat menggigit pundakku. Dia klimaks! Gerakan keluar-masuk gagang kejantananku kutahan dan hanya memutar-mutarnya, mengaduk seluruh liang sanggama Nindya, agar bisa menyentuh dan menggilas bagian-bagian sensitif di sana. Perempuan berpinggul besar ini meregang dan berkelonjotan berulang kali, dalem tempo waktu sekitar dua puluh detik. Semuanya kemudian berakhir. Mata dan hidungnya segera kuciumi. Pipinya yg basah oleh air mata, kusapu dgn hidungku. Tubuhnya kupeluk semakin erat, sembari mengatakan permintaan maaf atas kebiadabanku. Nindya cuma membisu. Kami berdua saling berdiaman. Kemudian aku mulai beraksi kembali dgn terlebih dahulu mencium dan menjilati leher, telinga, pundak, ketiak serta payudaranya. Kocokan kejantananku kumulai secara perlahan. Kepalanya kuarahkan ke bagian-bagian yg sensitif atau G- Spot perempuan ini. Hanya beberapa detik kemudian, Nindya kembali gelisah. Kali ini aku bangkit, mengangkat kedua pahanya ke atas dan membentangkannya dgn lebar, lalu menghujamkan gagang perkasaku sedalem-dalemnya. Nindya terpekik dgn mata terbeliak, menyaksikan gagang kejantananku yg mungkin jauh lebih besar dari milik suaminya itu, berulang- ulang keluar masuk diantara liang berbulu basah miliknya. Matanya tak mau lepas dari sana. Kupikir, perempuan ini terbiasa untuk berlaku seperti itu, jika bersetubuh. Parasnya kemudian menatap parasku.
Mas… bisiknya.
Aku mengangguk dgn perasaan lebih terangsang oleh panggilan itu, kocokan gagang kejantananku kutingkatkan semakin cepat dan cepat, sehingga tubuh Nindya terguncang-guncang dahsyat. Pada puncaknya kemudian, perempuan ini menjatuhkan tubuhnya di tilam, lalu menggeliat, meregang sembari meremas sprei. Aku tahu dia akan kembali memasuki waktu klimaks keduanya. Dan itu terjadi waktu mulutnya melontarkan pekikan nyaring, mengatasi suara Krisdayanti yg sedang menyanyi di pesawat televisi di samping ranjang. Pertarungan seru itu kembali usai. Aku terengah dgn tubuh bermandi keringat, di atas tubuh Nindya yg juga basah kuyup. Matanya kuciumi dan hidungnya kukecup dgn lembut. Detak jantungku terasa memacu demikian kuat. Kurasakan gagang kejantananku berdenyut-denyut semakin kuat. Aku tahu, ini waktu yg baik untuk mempersiapkan klimaksku sendiri.
Tubuh Nindya kemudian kubalikkan, lalu punggungnya mulai kujilati. Dia mengeluh. Sesudah itu, bokongnya kubuka dan kunaikkan ke atas, sehingga liang duburnya ikut terbuka. Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana, sementara jariku memilin dan mengusap-usap klitorisnya dari belakang. Nindya berulang kali menyentakkan badannya, menahan rasa ngilu itu. Tetapi beberapa menit kemudian, keinginan bersetubuhnya bangkit kembali. tubuhnya segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet tepat menghadap cermin besar yg ada di depannya. Dia kuminta jongkok di sana, dgn membuka kakinya agak lebar. Sesudah itu dgn agak tak sabar, gagang kejantananku yg terus membesar keras, kuarahkan ke kelaminnya, lalu kusorong masuk sampai ke pangkalnya. Nindya kembali terpekik. Dan pekik itu semakin kerap terdengar ketika gagang kejantananku keluar masuk dgn cepat di liang sanggamanya. Bahkan perempuan itu benar-benar menjerit berulangkali dgn mata terbeliak, sehingga aku khawatir suaranya bisa didengar orang di luar. Perempuan ini kelihatannya sangat terangsang dgn style bersetubuh seperti itu. Selain gagang kejantananku terasa lebih dahsyat menerobos dan menggesek bagian-bagian sensitifnya, dia juga bisa menyaksikan parasku yg tegang dalem memompanya dari belakang. Dan tak seperti sebelumnya, Nindya kali ini dgn suara gemetar mengatakan dia akan keluar. Aku cepat mengangkat tubuhnya kembali ke ranjang. menelentangkannya di sana, kemudian menyetubuhinya habis-habisan, kerana aku juga sedang mempersiapkan waktu klimaksku. Aku akan melepas bendungansperma di kepala kejantananku, pada waktu perempuan ini memasuki klimaksnya. Dan itu terjadi, sekitar lima menit kemudian. Nindya meregang keras dgn tubuh bergetar. Matanya yg cantik terbeliak. Maka klimaksku segera kulepas dgn hujaman gagang kejantanan yg lebih lambat tetapi lebih kuat serta merasuk sedalem-dalemnya ke liang keperempuanan Nindya. Kedua mata perempuan itu kulihat terbalik, Nindya meneriakkan namaku waktu spermaku menyembur berulang kali dalem tenggang waktu sekitar delapan detik ke dalem liang sanggamanya. Tangannya dgn kuat merangkul tubuhku dan tangisnya segera muncul. Kenikmatan luar biasa itu sudah memaksa perempuan ini menangis. Aku memejamkan mata sembari memeluknya dgn kuat, merasakan nikmatnya klimaks yg bergelombang itu. Ini adalah klimaksku yg pertama dan penghabisanku dgn perempuan ini. Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke Kalimantan, ke tempat pamanku. Mungkin seminggu, sebulan atau lebih menginap di sana. Aku tak boleh lagi mengulangi perbuatan ini. Tak boleh, meski misalnya Nindya memintanya.
Tempat bermain poker online dan domino99 online paling besar di Indonesia.
Selain menjadi pemain, anda juga dapat menjadi bandar melawan pemain lain di permainan BandarQ dan Bandar Poker
DAFTAR SEKARANG dan mainkan 4 permainan populer tahun ini. Minimal pengisian chips ke akun hanya Rp 10.000 di Romeopoker.
Dapatkan juga jackpot di permainan Poker, Domino99 dan Bandar Poker.
4 Games Populer WWW.ROMEOPOKER.CLUB : Texas Poker, Domino99, BandarQ dan Bandar Poker.
Kami dapat dihubungi 24 jam di :
Livechat : www.romeopoker.com
BBM : D1BC1787
Line : 188ROMEOPOKER
Yahoo Messenger : csromeopoker











0 comments: